Contoh Kerusakan Alam Yang Disebabkan Oleh Manusia

Contoh Kerusakan Alam Yang Disebabkan Oleh Manusia – Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Indonesia rawan banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung? Mengapa kondisi musim hujan dan kemarau tidak stabil? Apa yang menyebabkan perubahan iklim?

Jawaban umum adalah bahwa semua fenomena di atas melibatkan efek deforestasi yang masih berlangsung.

Contoh Kerusakan Alam Yang Disebabkan Oleh Manusia

Hutan adalah ekosistem kompleks yang mempengaruhi hampir setiap spesies di bumi. Tidak hanya hewan dan tumbuhan yang bergantung pada hutan, tetapi ratusan juta orang di seluruh dunia bergantung pada sumber daya hutan untuk bertahan hidup.

Menjaga Sungai Deli, Melestarikan Ikon Bersejarah Kota Medan

Berdasarkan data FAO dan UNEP yang tercantum di bawah ini, 350 juta orang di dunia bergantung pada hutan untuk penghidupan mereka.

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), hampir 7,3 juta hektar hutan hilang di dunia setiap tahun. Data Global Forest Watch berdasarkan citra satelit tahun 2020 menunjukkan hutan tropis dunia kehilangan 12,2 juta hektar tutupan pohon.

Dampak penggundulan hutan terhadap lingkungan dan kehidupan di bumi sangat beragam dan merugikan penduduk yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan.

Penyebab terbesar deforestasi adalah deforestasi. Penyebab utama deforestasi adalah penebangan habis kawasan industri, terutama industri kayu.

Dampak Banjir Bagi Masyarakat Dan Lingkungan

Faktor lainnya adalah alih fungsi hutan menjadi perkebunan, pertanian, atau pemukiman penduduk setempat akibat pertumbuhan penduduk dan pergeseran pemukiman ke pedesaan.

Metode deforestasi yang umum digunakan adalah membakar hutan atau menebang pohon secara ilegal dan sembarangan.

Praktek ini membuat tanah tidak subur dan pasokan air sulit dipertahankan, dan selanjutnya menyebabkan berbagai bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.

Setelah melihat sekilas penyebab deforestasi, pembahasan dalam artikel berikut ini akan berfokus pada dampak negatif deforestasi dan ancaman terhadap kehidupan di planet ini.

Perubahan Lingkungan Dan Sebabnya

Pemanasan global adalah suatu kondisi dimana panas rata-rata di seluruh permukaan bumi meningkat akibat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (N2O), metana (CH4) dan freon (SF6, HFCs dan PFCs) berperan dalam menjaga suhu planet agar tetap hangat untuk mendukung kehidupan.

Meningkatnya kondisi suhu akibat meningkatnya kadar gas rumah kaca, dikombinasikan dengan penggunaan bahan bakar fosil dan penggundulan hutan, telah menyebabkan ketidakstabilan iklim dan memicu perubahan iklim.

Oksigen (O2) adalah gas yang berperan penting dalam menopang semua kehidupan di bumi. Hutan adalah penghasil terbesar gas ini.

Selain itu, hutan membantu menyerap gas rumah kaca yang menjadi penyebab pemanasan global. Itulah sebabnya ada istilah yang mengatakan hutan adalah paru-paru bumi.

News Flash: Longsor Timpa Hotel Di Cipanas, Penghuni Tertimbun

Jika hutan rusak, dapat menyebabkan kenaikan suhu global dan perubahan iklim yang ekstrim.

Deforestasi semakin meningkatkan jumlah karbon dioksida (CO2) yang dipancarkan ke udara. Kita tahu bahwa karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang paling umum.

Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA), CO2 menyumbang sekitar 82% dari gas rumah kaca negara.

Seorang profesor ilmu lingkungan di Lasell College di Newton, Massachusetts, menjelaskan bahwa penggundulan hutan tidak hanya memengaruhi jumlah karbon dioksida, salah satu komponen terbesar gas rumah kaca.

Dampak Kerusakan Hutan Bagi Manusia (update 2022)

Tetapi penggundulan hutan juga memengaruhi pertukaran uap air dan karbon dioksida antara atmosfer dan tanah, terkait dengan perubahan iklim. Perubahan konsentrasi udara di atmosfer secara langsung mempengaruhi iklim global.

Akibat penggundulan hutan, habitat berbagai jenis hewan dan tumbuhan yang hidup di hutan rusak dan hilang. Menurut National Geographic, sekitar 70% spesies hewan dan tumbuhan hidup di kawasan hutan. Deforestasi berarti mereka tidak dapat lagi bertahan hidup di habitat aslinya.

Akibat hilangnya habitat, hewan, tumbuhan, serangga, dan burung yang bergantung pada ekosistem hutan perlahan mati, menyebabkan kepunahan massal.

Kondisi ini juga mempengaruhi berbagai bidang, seperti pendidikan dan sains, yang kehilangan subjek penelitian karena spesies yang diteliti tidak lagi ditemukan.

Mengenal Penyebab Gempa Bumi Di Indonesia

Selain itu, berbagai jenis obat-obatan yang berasal dari flora, fauna, serangga atau burung penghuni hutan dapat hilang karena penggundulan hutan dan kerusakan di bidang kesehatan.

Kita tahu bahwa pohon berperan penting dalam siklus air, menyerap curah hujan dan menghasilkan uap air yang kemudian dilepaskan ke atmosfer.

Dengan kata lain, semakin sedikit pohon yang ada di tanah, semakin sedikit pula air yang ada di udara, yang kemudian kembali ke tanah sebagai hujan.

Berkurangnya jumlah pohon akibat deforestasi dapat mengurangi efisiensi hutan dalam memenuhi fungsi menjaga distribusi air.

Penyebab Gempa Bumi Yang Sering Terjadi

Bahkan, banjir dan tanah longsor sudah menjadi hal biasa setiap tahun di berbagai daerah. World Wide Fund for Nature (WWF) mengungkapkan bahwa lebih dari sepertiga (33%) lahan subur di dunia telah hilang akibat deforestasi sejak tahun 1960.

Penggundulan hutan mengurangi jumlah pohon, sehingga tanah tidak mampu menyerap air hujan yang turun dengan baik pada musim hujan, sehingga mengakibatkan tingginya laju aliran air di permukaan. Akhirnya datanglah banjir bandang.

Sementara banjir dan tanah longsor adalah salah satu dampak negatif penggundulan hutan di musim hujan, kekeringan merupakan konsekuensi penggundulan hutan yang perlu kita waspadai di musim kemarau.

Situasi seperti ini memiliki dampak negatif selama musim kemarau. Kekeringan yang diakibatkannya terjadi karena pasokan air yang tidak mencukupi selama musim hujan.

Puluhan Desa Di Pulau Simeulue Dilanda Banjir Dan Longsor

Kondisi kekeringan yang sering kita dengar di berita atau bahkan pengalaman disebabkan oleh berkurangnya pepohonan yang berperan sebagai penampung sumber air tanah.

Hutan merupakan habitat berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Artinya hutan merupakan salah satu sumber daya alam hayati bumi.

Konsekuensi dari penggundulan hutan yang sedang berlangsung menyebabkan banjir dan erosi tanah, yang dapat membawa partikel tanah ke laut. Ia mengalami proses sedimentasi atau pengendapan di sana.

Selain degradasi ekosistem laut, dampak lain degradasi hutan pantai adalah abrasi atau pengikisan pasir pantai dan tanah oleh pasang surut dan gelombang laut.

Skeptis Terhadap Perubahan Iklim Tapi Akrab Bencana, Apa Persiapan Kita?

Pemanfaatan hutan secara liar oleh pihak yang tidak bertanggung jawab tidak hanya terjadi di kawasan hutan pegunungan. Kegiatan ini juga dapat dilakukan di hutan bakau yang melindungi pantai dari gelombang dan badai pantai.

Kondisi ini jika dibiarkan akan menyebabkan abrasi pantai dan mengancam kehidupan masyarakat pesisir, seperti yang terjadi di pesisir utara dan selatan Jawa.

Hutan merupakan sumber kekayaan alam dan dimanfaatkan oleh 350 juta orang di seluruh dunia yang mata pencahariannya bergantung pada hasil hutan.

Selain itu, kerusakan hutan dapat memicu berbagai jenis bencana yang pada akhirnya menimbulkan kerusakan material maupun non material.

Bnpb: Banjir Bandang Sentani Akibat Ulah Manusia Yang Merusak Alam

Erosi tanah akibat penggundulan hutan dapat mengangkut partikel tanah yang mengandung zat berbahaya, seperti pupuk organik, ke danau, sungai, dan sumber air lainnya.

Hal ini menurunkan kualitas air di daerah tersebut. Kualitas air yang buruk juga mempengaruhi kesehatan.

Dari uraian di atas, kita dapat melihat bahwa hutan memberikan kontribusi penting bagi kehidupan makhluk di sekitarnya, terutama manusia.

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk selalu berusaha melindungi hutan kita agar tidak terjadi akibat yang mengerikan dari deforestasi.

Kondisi Alam Dan Keanekaragaman Hayati Terus Menurun

Bagikan di Facebook Bagikan di Twitter Bagikan di WhatsApp Bagikan di WhatsApp Bagikan di Linkedin Bagikan di Email Warga memeriksa rumah mereka setelah banjir dan tanah longsor di kota Sentani, Papua, Minggu, 17 Maret (Foto: Antara/Gusti Tanati via Reuters).

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut salah satu penyebab banjir bandang yang melanda Sentani di Kabupaten Jayapura, Papua akhir pekan lalu adalah akibat ulah manusia yang merusak lingkungan alam.

Direktur Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Kapusdatini) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan 77 orang tewas akibat banjir bandang di wilayah Jayapura, Sentani, Papua, hingga Senin (18/3). Korban tewas meliputi 70 orang di Kabupaten Jayapura dan 7 orang di Kota Jayapura.

Selain itu, 43 orang masih hilang, yakni 34 orang di Desa Milimik Sentani, 6 orang di Perumahan Inauli Advent dan 3 orang di Doyo Baru. Pencarian masih berlangsung.

Kerugian Dan Kerusakan Perubahan Iklim Tanggung Jawab Siapa?

74 orang luka-luka dan sedikitnya 4.226 orang harus dievakuasi yang terbagi dalam enam titik. Lebih dari 11.725 rumah tangga terkena dampak banjir bandang ini.

“Kami sedang menangani data sementara, kemungkinan penjumlahan data masih berlanjut, karena proses evakuasi masih berlangsung, operasi penyisiran masih dilakukan, dan 43 orang belum ditemukan dan masih dalam pencarian. kata Sutopo dalam jumpa pers di Graha BNPB, Jakarta, Senin (18/3).

Ditambahkannya, bencana ini menimpa sembilan kecamatan di antaranya Desa Dobonsolo, Doyo Baru, dan Hinekombe. 350 rumah rusak berat, 211 rumah terendam banjir di BTN Bintang Timur Sentan, 104 bangunan komersial rusak berat, dua gereja rusak berat, satu masjid rusak berat, delapan sekolah rusak berat, serta berbagai kerusakan lainnya.

Sutopo mengatakan, ada dua faktor utama yang melatarbelakangi terjadinya banjir bandang di Sentani, yakni faktor alam, di mana curah hujan mencapai 248,8 mm dalam tujuh jam, meski biasanya turun dalam satu bulan.

Penyebab Kebakaran Hutan Dan Dampaknya Bagi Ekosistem

Faktor lainnya adalah kerusakan alam akibat ulah manusia. Menurut Sutopo, kerusakan Pegunungan Cyclops sudah berlangsung sejak 2003, ketika banyak DAS yang beralih fungsi menjadi pemukiman. Hal ini diperparah dengan penebangan pohon yang gencar untuk membuka lahan baru dan hal lainnya.

“Jadi ada dua sebab, gabungan antara faktor alam dan faktor antropogenik. Kita melihat deforestasi di Pegunungan Cyclops, ini sudah terjadi sejak tahun 2003, 43.230 orang atau 753 keluarga telah merambah kawasan lindung sejak tahun 2003. Lalu ada pemukiman penggunaan lahan dan pertanian kering campuran di Sentani Dalam kabupaten Dasi.2415 ha jadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like